Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pensiun Nyablon


Pensiun Nyablon

Ya betul, terhitung memasuki Januari kemarin (2020) saya sudah pensiun nyablon. Kerjaan yang sudah digeluti dari sekitar tahun 2002-an itu mau tidak mau dengan terpaksa harus saya hentikan. Alasannya sangat personal sekali sehingga tidak bisa diceritakan disini :) Yang pasti hal itu terjadi karena diakibatkan oleh situasi kondisi toleransi pandangan dan jangkauan yang menimpa saya waktu itu sehingga membuat saya harus mengambil tindakan tersebut. Dan hal itu pula-lah yang mengakibatkan terbengkalainya blog ini selama beberapa bulan. Bisa dicek terakhir posting itu bulan Juni 2019 lalu waktu ngebahas Event Ruang Gesut, hahaa..  
Euhh.. Tapi sebetulnya tidak 100% keluar dari dunia sablon. Karena kerjaan saya sekarang adalah sebagai tukang setting. Tau kan? Yaa kalian yang berprofesi sebagai gesuter pasti taulah apa itu tukang setting desain. Jadi saya hanya pindah posisi saja. Yang tadinya sebagai gesuter atau tukang sablon bagian gesut, kerjaannya nge-gesut lebih banyak pegang rakel, cat sablon, larutan afdruk, semprot afdrukan dan sebangsanya. Sekarang jadi lebih banyak berurusan dengan desain, komputer, udat-edit desain, pisah warna, CorelDraw, Adobe Photoshop, Adobe Illustrator dan sebangsanya. Jadi yaa masih tetep ada hubungannya dengan dunia persablonan :D

Latar belakang dan pertama kali punya komputer

Dulu waktu di awal-awal saya belajar nyablon (tahun 2002-an) saya belum begitu tertarik dengan setting desain ini, alasannya simple sih, karena waktu itu belum memiliki komputer, hahaa... Saya berusaha ingat-ingat lagi waktu itu tempat setting yang dibuka untuk umum untuk keperluan sablon manual di Cipanas itu hanya ada satu yaitu SeniPro, pemiliknya bernama Kang Ade, waktu itu beliau juga yang menempati posisi sebagai tukang settingnya. Lewat Kang Ade ini untuk kali pertamanya saya berkenalan dengan mahluk maya yang bernama CorelDraw dan Adobe Photoshop. Lumayan lama saya berlangganan nyetting ke beliau ini, sehingga tahu persis siapa saja karyawan yang keluar masuk bekerja menempati posisi sebagai tukang setting di SeniPro ini. Hingga sampailah pada satu waktu orang yang menempati posisi tukang setting ini yaitu namanya Kang Ryan. Orangnya humble, ramah dan asyik diajak ngobrol, tahu banyak soal software dan hardware perkomputeran. Doi kalo lagi kerja / mengeksekusi sebuah file itu bawaannya enak dilihat, tidak kaku, kalo sambil ngobrol itu asyik sekali, hahaa…. Nah mungkin karena sikap Kang Ryan yang humble inilah yang “memancing” saya untuk tergoda memiliki sebuah komputer.
Singkat cerita Kang Ryan ini keluar dari SeniPro dan dia mendirikan sebuah usaha sendiri jasa setting desain, service, maintenance, peripheral, jual/beli, apapun itu yang ada hubungannya dengan komputer, namanya Master Comp. Sejak itu saya yang tadinya suka nyetting ke SeniPro “ikut pindah” mengikuti dan menjadi langganannya Master Comp. Hahaa…
Kalo ga salah sekitar tahun 2005-an hasil dari orderan nyablon saya bisa membeli sebuah komputer/PC dengan spek Pentium 4 apa Pentium 3 ya lupa lagi terus RAM 512mb apa 1GB ditambah hardisk 120gb dan monitor tabung 14 inchi hahaa.. lupa lagi spesifikasi yang tepatnya pokoknya ga jauh dari segitu lah. Saya beli dari Kang Ryan itu, harganya lupa lagi.
Yaa lumayanlah, untuk dizaman itu spek tersebut sudah bisa dibilang cukup sakti untuk dipake mengeksekusi aplikasi CorelDraw versi 9, Adobe Photoshop versi 7 serta sekali-sekali hiburan main game Solitaire dan Road Rash, hahaa..

Waktu nulis ini saya penasaran cek ke gudang (padahal ini sudah larut malam hampir jam 1-an) ternyata komputer tersebut masih ada cuy, hahaa gokiill...  Saya ambil aja lalu coba tata ulang lagi kemudian memotretnya. Kondisinya tentu sudah tidak ada yang nyala lagi, monitor tabungnya itu malah mati karena kesamber petir hahaaa.. masih saya ingat dengan jelas peristiwa itu. Sore menjelang magrib hujan lagi asyik ngutak-atik desain lalu duarrr… suara petirnya ga gede-gede amat cuma sukses bikin kaget karena listrik dirumah langsung padam dan ruangan otomatis gelap. Pas listrik dinyalain lagi ternyata monitor tabung saya ga bisa nyala sama sekali, hahaaa…  Tapi syukur alhamdulillaah… beberapa hari kemudian saya bisa menggantinya dengan yang baru.


Awal belajar setting desain

Dengan komputer tersebut saya mulai belajar secara otodidak bagaimana caranya mengedit sebuah desain, menyetting sebuah desain, menggambar ulang sebuah logo, memisah-misah warna tertentu untuk keperluan sablon, dan hal-hal lainnya. Emmm... sebenarnya tidak 100% otodidak sih. Awalnya saya belajar secara tidak langsung melalui Kang Ryan tadi. Jadi begini, kalo saya nyetting ke dia pada waktu dia asyik mengutak-atik desain itu suka saya perhatikan dengan seksama trus kalo ada yang ga ngerti saya suka nanya, eh itu barusan digimanain? Coba dong ulangi lagi dari awal. Lalu si Kang Ryan ini dengan sabar dan telaten ngulangin lagi dari awal disertai dengan penjelasan. Nah lalu hal tersebut itu saya praktekin dirumah, saya coba lagi, lalu dicoba lagi dengan desain yang berbeda. Dan proses seperti itu terus menerus dilakukan selama beberapa tahun. Dan hal itu saya lakukan bukan hanya ke Kang Ryan saja, tapi ke tukang setting lain juga. Karena seiring berjalannya waktu semakin kesini tempat setting di Cipanas semakin bertambah. Tapi saya tetap bisa dibilang belum pernah secara resmi kursus atau sekolah tentang ilmu desain itu.
Jadi ya begitulah… "proses belajarnya itu” seperti itu dalam mendalami ilmu setting desain ini. Bahkan bisa dibilang sampai detik ini proses belajar seperti itu masih saya lakukan. Soalnya kalo menemukan hal/cara baru itu saya pasti nanya ke orang tersebut (apalagi kalo saya sudah kenal dengan orang itu). Karena saya punya prinsip Belajar itu ga ada batas waktunya, dan gurunya bisa siapa saja”. Walaupun dia umurnya dibawah saya walaupun pengalamannya jauh dibawah saya selama dia mengajarkan hal baru (hal yang saya belum tahu dalam artian positif) ya pasti saya ambil. Itu berlaku untuk semua hal, bukan dalam dunia setting desain saja. :)
Seiring berjalannya waktu, saya bekerja dengan menghandle dua bidang tersebut, yaitu sebagai tukang sablon sekaligus sebagai tukang settingnya juga. Jadi Alhamdulillaah saya tahu persis bagaimana memproses sebuah desain mulai dari nol berbentuk file mentah hingga finishing nempel dikaos. Alhamdulillaah tahu persis bagaimana menangani sebuah file yang super duper ancur karena resolusi rendah namun ingin hasil sablon yang maksimal jelas tidak rumek lagi. Alhamdulillaah tahu persis bagaimana caranya sebuah file banyak warna apabila disablon bisa presisi tidak lari kemana-mana, yang harus naik pertama warna apa dulu, warna berikutnya harus apa, apakah harus pakai outline atau tidak, bagian mana yang harus pakai outline dan yang mana yang tidak, dan lain-lainnya. 

Tukang Setting atau Setting Desainer?

Jadi walaupun sekarang (April 2020) saya sudah tidak bergelut lagi dengan sablon secara langsung tapi saya tahu persis bagaimana sebuah proses sablon berlangsung dari nol karena berdasarkan pengalaman beberapa tahun kebelakang tadi. Dari 2002 sampai 2019 kiranya cukuplah saya bekerja sebagai tukang sablon bagian gesut sekaligus merangkap tukang settingnya juga. Dan sekarang mulai 2020 fokus sebagai tukang setting saja, eh tukang desain atau setting desainer ya? Hahaa… ini tukang setting ini ada sebutan resminya ga sih? Desainer gitu atau Grafis Desainer atau Setting Desainer? Kayaknya bukan deh, publik umum sepertinya tetep nyebutnya itu Tukang Setting ya?
Hahaa… ga apa-apalah. Panjang umur tukang setting! :D 

Post a Comment for "Pensiun Nyablon"